Per harinya Pokemon Go mampu mendapatkan pendapatan Rp. 26 Miliyar dari fitur berbayar atau biasa disebut in-app purchase. Hal ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa game besutan Nitendo yang berkolaborasi dengan Niatic ini laris manis dan sukses mendapatkan hati masyarakat dunia.
Pokemon Go juga membuat masyarakat dunia untuk menciptakan sebuah kebiasaan baru, yaitu keluar rumah dengan membawa gadget di tangan hanya untuk mendapatkan monster lucu bernama Pokemon.
Penyatuan dunia nyata dan game pada Pokemon Go dimungkinkan teknologi augmented-reality dan global positioning system (GPS). Ide brilian tersebut datang dari John Hanke yang merupakan pendiri sekaligus CEO Niantic Labs.
Niantic Labs sendiri merupakan studio game yang mengembangkan Pokemon Go, bekerja sama dengan Nintendo dan Pokemon Company.
20 Tahun Proses Pembuatan
Kesuksesan tidak akan didapat dengan cara yang mudah, pasti perlu perjuangan, kerja keras serta ulet untuk meraihnya. Begitu juga dengan Pokemon Go, Game ini memerlukan waktu yang tidak sebentar, yaitu 20 tahun. Hanke (Pembuat Pokemon GO) memulainya dari tahun 1996 dan pada saat itu, ia masih duduk di bangku sekolah.
Pada saat itu ia berhasil menciptakan game jenis MMO (Masively Multiplayer Online) yang ia beri nama Meridien59. Game tersebut kemudian Hanke jual kepada perusahaan konsol game 3DO. Dana yang terkumpul ia gunakan untuk menciptakan tujuan utamanya, yaitu mengembangkat peta digital.
Mulai pada tahun 2000, Hanke akhirnya mendirikan perusahaan pemetaan digital 3D bertajuk Keyhole.
Google melirik potensi yang dikembangkan Keyhole dan menggaet perusahaan itu pada tahun 2004.
Teknologi Keyhole menjadi cikal bakal Google Earth. Hanke diposisikan sebagai nakhoda dalam divisi Google Geo yang membawahkan tiga layanan, yakni Google Earth, Google Maps, dan Google Street View.
Membuat startup sendiri
Karir Hanke di Google berlangsung hingga tahun 2010 (6 tahun). Hanke memutuskan untuk membangun perusahaannya sendiri yang ia beri nama Niatic Labs yang didanai oleh Google. Perusahaan itu berfokus untuk membuat game yang berbasis peta digital.
Game pertama yang diluncurkan Niantic adalah Ingress. Menurut Hanke, ide game tersebut terinspirasi dari khayalannya untuk pulang dan pergi dari rumah ke kantor Google. Sayangnya, percobaan pertama Hanke gagal di pasaran. Ingress tak mendapat penerimaan sebagaimana diharapkan.
Walaupun begitu, Hanke tidak patah semangat, pada tahun 2014, ia melihat peluang yang besar dari lelucon April Mop yang dibuat oleh Pokemon Company dan Google yg mendapatkan respon positif dari para netizen.
Lelucon itu juga sangat simpel yaitu “Netizen bisa melihat pokemon berkeliaran di Google Map”. Hanke langsung memanfaatkan peluang ini, tidak menunggu lama, ia langsung mengembangkan game yang saat ini sedang booming, yap Pokemon Go.
Mendekati investor
Hanke menyadari bahwa idenya untuk menciptakan permainan ini membutuhkan investor. Ia pun langsung mendekati Pokemon Company dan Nitendo pada tahun 2015. Pendekatan dengan perusahaan besar itu ia lakukan dengan strategi berbeda.
Pokemon Company lebih mudah didekati dengan bekal Hanke sebagai pekerja Google yang bersinggungan langsung dalam proyek April Mop pada 2014. Jodoh Hanke dan Pokemon Company diperkuat karena CEO Pokemon Company Tsunekazu Ishihara adalah gamer sejati Ingress. Komunikasi di antara mereka terjalin lebih santai. Pokemon Company pun mengucurkan dana dan merestui langkah Hanke membuat Pokemon Go.
Untuk pendekatan dengan Nitendo lebih didasari dengan kesamaan visi. Saat itu Satoru Iwata (Almarhum CEO Nitendo) sebelum meninggal beliau berdiskusi dengan Hanke dan keduanya memiliki impian yang sama yaitu memungkinkan masyarakat intuk keluar rumah dan berpindah tempat saat bermain game.
Di tengah kesulitan bisnis Nintendo menghadapi penurunan penjualan konsol game, perusahaan Negeri Sakura itu akhirnya percaya kepada Niantic dalam upaya mewujudkan Pokemon Go.
Hanke mengumpulkan dana 25 juta dollar AS atau Rp 328 miliar dari Google, Nintendo, Pokemon Company, dan investor lain untuk membentuk tim Pokemon Go. Ada sekitar 40 orang yang menjadi anggota tim.
Mendobrak stereotipe
Akhirnya Hanke mampu mewujudkan impiannya bersama Iwata. Kehidupan gamer yang biasanya hanya duduk di kursi, berbaring di kasur dan tidak bergeser tempat. Dengan Pokemon Go, para pemain game sekarang bisa bermain dengan tidak di satu tempat saja.
Hanke merancang Pokemon Go untuk memaksa gamer bergerak ke sana kemari dengan cara menyenangkan, yakni mencari monster-monster virtual di dunia nyata. Gerakan fisik pemain pun dibayar dengan temuan Pokemon dan item-item bermanfaat yang tersebar pada titik-titik Pokestop.
Hanke juga berharap para pemain juga dapat berkenalan dengan sesama komunitas pemain. Hal ini dapat terjadi saat bermain bersama mencari pokemon dijalan, lalu berlanjut mengobrol dan bahkan menjadi sahabat
Popularitas Pokemon Go berhasil meningkatkan nilai saham Nintendo hingga lebih dari 50 persen. Nilai perusahaan pun naik menjadi 12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 157 triliun.
Akhirnya perjuangan Hanke untuk mewujudkan Game impiannya tidak sia sia, apa yang akan hanke ciptakan setelah ini? Kita tunggu saja
Pokemon Go juga membuat masyarakat dunia untuk menciptakan sebuah kebiasaan baru, yaitu keluar rumah dengan membawa gadget di tangan hanya untuk mendapatkan monster lucu bernama Pokemon.
Penyatuan dunia nyata dan game pada Pokemon Go dimungkinkan teknologi augmented-reality dan global positioning system (GPS). Ide brilian tersebut datang dari John Hanke yang merupakan pendiri sekaligus CEO Niantic Labs.
John Hanke |
Niantic Labs sendiri merupakan studio game yang mengembangkan Pokemon Go, bekerja sama dengan Nintendo dan Pokemon Company.
20 Tahun Proses Pembuatan
Kesuksesan tidak akan didapat dengan cara yang mudah, pasti perlu perjuangan, kerja keras serta ulet untuk meraihnya. Begitu juga dengan Pokemon Go, Game ini memerlukan waktu yang tidak sebentar, yaitu 20 tahun. Hanke (Pembuat Pokemon GO) memulainya dari tahun 1996 dan pada saat itu, ia masih duduk di bangku sekolah.
Pada saat itu ia berhasil menciptakan game jenis MMO (Masively Multiplayer Online) yang ia beri nama Meridien59. Game tersebut kemudian Hanke jual kepada perusahaan konsol game 3DO. Dana yang terkumpul ia gunakan untuk menciptakan tujuan utamanya, yaitu mengembangkat peta digital.
Mulai pada tahun 2000, Hanke akhirnya mendirikan perusahaan pemetaan digital 3D bertajuk Keyhole.
Google melirik potensi yang dikembangkan Keyhole dan menggaet perusahaan itu pada tahun 2004.
Teknologi Keyhole menjadi cikal bakal Google Earth. Hanke diposisikan sebagai nakhoda dalam divisi Google Geo yang membawahkan tiga layanan, yakni Google Earth, Google Maps, dan Google Street View.
Membuat startup sendiri
Karir Hanke di Google berlangsung hingga tahun 2010 (6 tahun). Hanke memutuskan untuk membangun perusahaannya sendiri yang ia beri nama Niatic Labs yang didanai oleh Google. Perusahaan itu berfokus untuk membuat game yang berbasis peta digital.
Game pertama yang diluncurkan Niantic adalah Ingress. Menurut Hanke, ide game tersebut terinspirasi dari khayalannya untuk pulang dan pergi dari rumah ke kantor Google. Sayangnya, percobaan pertama Hanke gagal di pasaran. Ingress tak mendapat penerimaan sebagaimana diharapkan.
Walaupun begitu, Hanke tidak patah semangat, pada tahun 2014, ia melihat peluang yang besar dari lelucon April Mop yang dibuat oleh Pokemon Company dan Google yg mendapatkan respon positif dari para netizen.
Lelucon itu juga sangat simpel yaitu “Netizen bisa melihat pokemon berkeliaran di Google Map”. Hanke langsung memanfaatkan peluang ini, tidak menunggu lama, ia langsung mengembangkan game yang saat ini sedang booming, yap Pokemon Go.
Mendekati investor
Hanke menyadari bahwa idenya untuk menciptakan permainan ini membutuhkan investor. Ia pun langsung mendekati Pokemon Company dan Nitendo pada tahun 2015. Pendekatan dengan perusahaan besar itu ia lakukan dengan strategi berbeda.
Nitendo |
Pokemon Company lebih mudah didekati dengan bekal Hanke sebagai pekerja Google yang bersinggungan langsung dalam proyek April Mop pada 2014. Jodoh Hanke dan Pokemon Company diperkuat karena CEO Pokemon Company Tsunekazu Ishihara adalah gamer sejati Ingress. Komunikasi di antara mereka terjalin lebih santai. Pokemon Company pun mengucurkan dana dan merestui langkah Hanke membuat Pokemon Go.
Untuk pendekatan dengan Nitendo lebih didasari dengan kesamaan visi. Saat itu Satoru Iwata (Almarhum CEO Nitendo) sebelum meninggal beliau berdiskusi dengan Hanke dan keduanya memiliki impian yang sama yaitu memungkinkan masyarakat intuk keluar rumah dan berpindah tempat saat bermain game.
Di tengah kesulitan bisnis Nintendo menghadapi penurunan penjualan konsol game, perusahaan Negeri Sakura itu akhirnya percaya kepada Niantic dalam upaya mewujudkan Pokemon Go.
Hanke mengumpulkan dana 25 juta dollar AS atau Rp 328 miliar dari Google, Nintendo, Pokemon Company, dan investor lain untuk membentuk tim Pokemon Go. Ada sekitar 40 orang yang menjadi anggota tim.
Mendobrak stereotipe
Akhirnya Hanke mampu mewujudkan impiannya bersama Iwata. Kehidupan gamer yang biasanya hanya duduk di kursi, berbaring di kasur dan tidak bergeser tempat. Dengan Pokemon Go, para pemain game sekarang bisa bermain dengan tidak di satu tempat saja.
Hanke merancang Pokemon Go untuk memaksa gamer bergerak ke sana kemari dengan cara menyenangkan, yakni mencari monster-monster virtual di dunia nyata. Gerakan fisik pemain pun dibayar dengan temuan Pokemon dan item-item bermanfaat yang tersebar pada titik-titik Pokestop.
Hanke juga berharap para pemain juga dapat berkenalan dengan sesama komunitas pemain. Hal ini dapat terjadi saat bermain bersama mencari pokemon dijalan, lalu berlanjut mengobrol dan bahkan menjadi sahabat
Pokemon Go resmi meluncur pada 6 Juli 2016 di AS, Australia, dan Selandia Baru. Meski baru hadir resmi di tiga negara, netizen negara lain bisa turut memainkan Pokemon Go. Mereka menggunakan beberapa trik, antara lain dengan membuat akun Apple di tiga negara resmi atau mengunduh APK bagi pengguna Android.
Popularitas Pokemon Go berhasil meningkatkan nilai saham Nintendo hingga lebih dari 50 persen. Nilai perusahaan pun naik menjadi 12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 157 triliun.
Akhirnya perjuangan Hanke untuk mewujudkan Game impiannya tidak sia sia, apa yang akan hanke ciptakan setelah ini? Kita tunggu saja
jadi tidak langsung instan yaa jadinya ...
ReplyDeletehttp://cody.id/produk/lem-lcd-touchscreen/